dewasa ini, indonesia khususnya kabupaten bone kita yang tercinta ini masih saja ada kejahatan yang meraja lela, kasus - kasus korupsi ternyata masih saja menjadi perbincangan panas oleh masyarakat bone itu sendiri. bukan hanya kasus korupsi, kalusi, dan nepotisme, tapi juga berbagai kasus seperti penembakan senpi milik aparat, penyelundupan kayu di kecamatan barebbo, belum lagi bukti-bukti penyelundupan BBM yang hilang entah kemana. hal ini banyak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, bukan hanya di kalangan aktivis mahasiswa tapi juga masyarakat bone "di mana kepolisian pada hari ini?". namun, penyampaian pertanyaan tersebut hanyalah seperti mimpi belaka terhadap masyarakat bone, hal ini di karenakan sikap apatis masyarakat dalam mengawal pihak yang berwenang. menurut mereka apa yang mereka lakukan itu sia-sia saja karna tidak mungkin di gubris oleh pihak pemerintah. maka dari itu turunnya aktivis ikatan mahasiswa muhammadiyah ke jalan, hanya untuk satu tujuan yaitu menyuarakan suara rakyat yang tak mungkin di dengar oleh pemerintah, walau harus korban materi dan perasaan. sudah menjadi relitas memang ketika sikap apatis itu menggrogoti paradigma masyarakat indonesia khususnya kabupaten bone pada hari ini, pasalanya kartu-kartu sakti milik pemerintah kebanyakan dari rakyat jelata tidak mendapatkannya, rakyat yang lebih butuh uluran tangan pemerintah kadang terabaikan, bahkan rancunya orang yang mendapatkan kartu sakti ini kebanyakan dari orang yang berada. bahkan ada orang yang saking apatisnya, rela menggadaikan kartu sakti miliknya kepada rentenir. sangat mennegangkan, tapi inilah realita yang terjadi pada masyarakat indonesia. rakyat jelata indonesia ini bagaikan burung dalam sangkar, hanya bisa di beri makan dan minum.. dan burung itu hanya bisa berkicau meratapi nasibnya dalam sangkar, hanya karena tergiur pada makanan yang secara cuma- cuma di dapatkan dan tidak mau berusaha untuk mencari. hanya karna tergiur oleh perangkap kartu sakti saat kampanye, kita semua terperangkap dalam sangkar. inilah realita, rasanya seperti menelan pil pahit., oleh karna itulah aktivis IMM turun aksi ke jalanan, hanya untuk membela rakyat, namun aktivis sering kali mendapat respon negative dari masyarakat, seperti "kira-kira, apa yang engkau dapat saat turun aksi?, selai lapar,haus, dan makan hati, apakah pemerintah mau mendengarkanmu?" ,, sekali lagi kita bisa mengatakan bahwa musuh terbesar kita adalah sikap apatis.
FASTABIQUL KHAERAT
Keep it up,,
BalasHapus